Indonesia Terserah


Bisa gawat kalau setiap orang di negeri ini sudah mengganggap terserah dengan pandemi yang sedang terjadi.
Bisa gawat kalau setiap orang di negeri ini sudah tidak mempedulikan wabah yang kini makin hari terus menghantui.

Jadi salah siapa?
Pemerintah atau masyarakat?
Pemerintah yang terkesan (oh tidak) sangat tidak tegas atau masyarakat +62 yang terkenal akan ke-santuy-annya ini?

Sungguh jika aku harus memposisikan diri sebagai salah satu garda terdepan saat ini, tidak.. untuk membayangkannya saja sungguh berat. Dia seorang ibu yang bahkan sudah berbulan-bulan tak bersentuhan dengan suaminya bahkan dengan sang buah hati tercinta. Atau seorang wanita yang harus gugur dengan bayinya dan meninggalkan kekasih hati untuk selamanya saat berperang melawan wabah ini. Terlalu banyak cerita yang sama atau lebih perih dari ini. Ada juga dari mereka yang sama-sama berperang dengan tetap di rumah aja. Yang bahkan tak bisa pulang ke kampung halaman tercinta, rasa rindu yang sudah terpupuk begitu lamanya ternyata harus terus dipupuk paksa.

Satu dari sekian banyak hal positif yang bisa di hargai dari pandemi ini yaitu berharganya setiap pertemuan. Kita yang harus kekurangan waktu dengan orang tua, keluarga dan orang-orang tercinta.

Dulu (mungkin) saat bertemu kita selalu disibukkan dengan ponsel bahkan saat kita bercerita. Tapi sekarang, lagi dan lagi aku terus sadar bahwa mereka adalah tempat yang sangat berharga. Serta untuk sebuah pertemuan singkatpun bisa semanis ini. Bahkan aku tak mau disibukkan dengan ponsel saat bersama mereka, untuk memegangnya pun dan mengalihkan pandangan dari mereka aku tak mau. 5 menit, tidak bahkan 1 menit bahkan aku bisa memperhatikan hal-hal dari wajah mereka yang dulunya akupun tak sadar. Manis... sungguh...

Kembali lagi di Indonesia Terserah

Lihatlah jalanan-jalanan yang kini sudah mulai padat, atau tempat perbelanjaan yang diserbu warga. Haha lucunyaaa...

Karena ini banyak yang berkata bahwa pasar dan mall tidak di larang serta ramai sedangkan masjid dilarang. Yuk berpikir jernih dulu. Jika kalian terinfeksi virus di pasar atau mall itu tidak akan mempengaruhi agamamu. Bayangkan kalian terinfeksi virus di masjid maka itu akan menjadi fitnah bagi agamamu. Jadi beragama pun harus cerdas.


Terus-menerus acuh, sampai kapan ini bisa mereda?
Masih terlalu banyak hal-hal yang ingin aku gapai di luar sana.
Atau kita harus dipaksa lupa dan berdamai dengan wabah? 


0 komentar